Saya bicara pada diri saya sendiri. ketika saya melihat pohon itu mulai menguning dan jatuh berguguran, rapuh dan belum saatnya mereka menguning, jatuh lalu menjadi debu. ada apa dengan waktu? ada apa dengan realita? mengapa semua berakhir ketika baru memulai?
lalu, aku melihat wajahku pada cermin yang tergantung. ada apa dengan kepercayaan? ada apa dengan ragu? apakah rasa telah lama diam hingga menguap menjadi ragu? kemana arah perjalanan sepasang anak manusia yang dahulu berikrar kini saling terdiam membisu, baku hingga menjadi kaku. lalu apa artinya "kita" jika bersama saja tidak bisa. ada apa dengan jarak? akankah itu memutuskan harapan?
Aku terdiam hanya bisa diam hingga lonceng itu pun berbunyi dan aku masih membisu, ragu dan mengadu pada rindu. akankah angin membisikan kepadamu wahai insan yang jauh itu bahwa kita pada akhirnya terlalu jenuh hingga hanya berarti abu dan tersapu oleh waktu.
lalu, aku melihat wajahku pada cermin yang tergantung. ada apa dengan kepercayaan? ada apa dengan ragu? apakah rasa telah lama diam hingga menguap menjadi ragu? kemana arah perjalanan sepasang anak manusia yang dahulu berikrar kini saling terdiam membisu, baku hingga menjadi kaku. lalu apa artinya "kita" jika bersama saja tidak bisa. ada apa dengan jarak? akankah itu memutuskan harapan?
Aku terdiam hanya bisa diam hingga lonceng itu pun berbunyi dan aku masih membisu, ragu dan mengadu pada rindu. akankah angin membisikan kepadamu wahai insan yang jauh itu bahwa kita pada akhirnya terlalu jenuh hingga hanya berarti abu dan tersapu oleh waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar